SMS GRATIS

Sabtu, 26 Juni 2010

skripsi matematika Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

pada Materi Teorema Phytagoras di Kelas VIII SMP Negeri 1 Blangpidie


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Pencapaian suatu pendidikan sangat tergantung bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung, salah satunya pada pembelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan di berbagai tingkat pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan sampai perguruan tinggi. Kebanyakan siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang tersulit dibandingkan mata pelajaran lainnya, hal ini disebabkan karena materinya terdiri dari konsep-konsep yang terstruktur rapi, seperti rumus-rumus. Siswa selalu menghafalkan rumus-rumus tanpa dipahami dari mana asal usulnya. Padahal pembelajaran matematika mampu melatih manusia untuk belajar berfikir secara praktis, menggunakan logika, bersikap kritis dan kreatif serta sistematis dalam setiap tindakannya.

Keberhasilan proses pembelajaran pada pelajaran metematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah.

Berkaitan dengan masalah tersebut, Kusnandar mengatakan bahwa :

Pada pembelajaran matematika juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut :

1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak,

2) Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham,

3) Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang,

4) Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. [1]

Untuk mengatasi permasalahan di atas, salah satu usaha yang harus dilakukan guru matematika adalah mengoptimalkan keberadaan siswa sebagai obyek dan sekaligus subyek pembelajaran. Maksud obyek pembelajaran karena siswalah yang menerima materi pembelajaran, sedangkan subyek pembelajaran karena yang aktif dalam kegiatan pembelajaran tidak selalu guru. Artinya siswapun perlu diaktifkan dalam kegiatan pembelajaran.

Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Menurut Eggen dan Kauchak (dalam trianto) mengemukakanPembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.[2] Trianto melanjutkan bahwa “Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya”.[3] Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Trianto) mengatakan lagi bahwa “Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru”.[4]

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif. Setidaknya terdapat 4 pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, ini sesuai yang dikemukakan didalam buku Trianto yaitu “STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT)”.[5]

Menurut Trianto mengemukakan “Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional”.[6] Adapun tahap-tahap yang diterapkan pada NHT adalah Tahap Penomoran, Tahap Mengajukan Pertanyaan, Tahap Berpikir Bersama, Tahap Menjawab.[7]

Pembelajaran koperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aroson”.[8] Didalam tulisan Doantara Yasa mengemukakan bahwa “Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal.[9] Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Teorema Phytagoras merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang akan diikuti oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Blangpidie. Teorema Phytagoras adalah suatu materi baru yang diterima oleh siswa sehingga model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini dirasakan cocok untuk menerapkannya, karena didalam materi teorema Phytagoras terdapat cara menentukan teorema Phytagoras, penggunaan teorema Phytagoras, penerapan teorema Phytagoras.[10]

Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi teorema phytagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Blangpidie?. Untuk menjawab permasalahan ini maka dilakukan suatu penelitian yang berjudul: “Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Teorema Phytagoras di Kelas VIII SMP Negeri 1 Blangpidie”.

B. Penjelasan Istilah

Untuk Menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam skripsi ini, perlu diketahui istilah-istilah yang penting dalam judul skripsi ini, yaitu:

1) Perbandingan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “perbandingan adalah perbedaan (selisih) kesamaan”.[11] Maksud perbandingan di penelitian ini adalah berbeda atau selisih antara yang awal dengan yang akan dilakukan perlakuan itu.


2) Hasil Belajar

Secara estimologis, hasil belajar merupakan gabungan kata dari hasil dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “hasil adalah sesuatu yag diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha”.[12] “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.[13] Hasil yang dicapai setelah melalui pembelajaran. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka mempunyai arti hasil yang dicapai siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Dalam skripsi ini yang dimaksud hasil belajar matematika adalah nilai mata pelajaran matematika yang diperoleh dari ulangan harian di akhir siklus.

3) Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran Kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 orang siswa dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin, latar belakang yang berbeda, serta menekankan kerja sama dan tanggung jawab kelompok untuk mencapai tujuan.

4) Pembelajaran kooperatif tipe NHT

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model proses kegiatan pembelajaran di kelas yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok dengan menggunakan langkah-langkah: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab.


5) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu proses kegiatan pembelajaran di kelas yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok, dimana dikelas terdapat kelompok asal dan kelompok asli.

6) Materi teorema Phytagoras

Materi Teorema Phytagoras adalah materi di kelas VIII semester ganjil, dimana teorema Phytagoras adalah teorema yang ditemukan oleh seorang ahli yang bernama Phytagoras, dan berhubungan dengan segitiga siku-siku. Bunyinya adalah “kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya”. Teorema Phytagoras ini hanya berlaku untuk segitiga siku-siku.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan hasil belajar siswa yang diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi teorema phytagoras kelas VIII di SMP Negeri 1 Blangpidie ?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang akan dilakukan oleh seseorang mempunyai tujuan dan manfaat yang memberikan arah bagi pelaksanaan penelitian dan harapan tertentu yang ingin dicapai melalui penelitian. Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau model pembelajaran tipe Jigsaw dalam memahami materi teorema phytagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Blangpidie”.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, untuk:

1) Informasi bagi guru-guru bidang studi matematika dalam memilih dan menggunakan tipe-tipe model pembelajaran kooperatif yang tepat dalam meningkatkan prestasi siswa di bidang studi matematika,

2) Memberikan pengalaman belajar dengan suasana baru yang menyenangkan bagi siswa,

3) Bagi pengembang ilmu dapat menjadi informasi, bahan perbandingan dan dapat dikembangkan dalam penelitian sejenisnya di masa yang akan datang,

4) Bagi instansi pendidikan/sekolah dapat memperoleh informasi dalam perbaikan mutu pendidikan secara umum.

E. Postulat dan Hipotesis Penelitian

Sebelum penulis mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini terlebih dahulu penulis mengemukakan anggapan dasar yang merupakan acuan atau titik tumpu dari penelitian yang penulis lakukan. Menurut Winarno Surakhmad (dalam Arikunto) “Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”.[14] Yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SMP Negeri 1 Blangpidie belum pernah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran secara utuh.

2) Prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika bervariasi.

Hipotesis dapat diartikan sebagai rumusan jawaban sementara atau dugaan sehingga untuk membuktikan benar tidaknya dugaan tersebut perlu di uji terlebih dahulu. Ini sesuai dengan pendapat Arikunto yang mengatakan bahwa “hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.[15] Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbeda dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Blangpidie”.

F. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam memehami materi teorema phytagoras. Maka penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Deskriptif, Yaitu pembahasan tentang masalah yang terjadi pada saat sekarang dengan menganalisa data yang diperoleh dilapangan. Dengan rancangan penelitian ini, diharapkan berbagai data dan informasi yang berhubungan dengan hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi teorema Phytagoras dapat dikumpulkan dan dianalisa.

Tabel : Rancangan Penelitian

Kelompok Penelitian

Tes Awal

Perlakuan

Tes Akhir

VIII – 1

ü

Jigsaw

ü

VIII - 3

ü

NHT

ü

2. Populasi dan sampel penelitian

Arikunto mengemukakan “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.[16] Penentuan populasi penelitian merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena suatu penelitian bertujuan untuk mengambil kesimpulan tentang objek secara keseluruhan. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 1 Blangpidie.

Sedangkan “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.[17] Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan meneliti sebagian populasi, maka penelitian ini disebut penelitian sampel. Ini sesuai yang dikemukakan arikunto, “ Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggenerasikan hasil penelitian sampel”.[18] Penelitian ini ingin mengetahui perbandingan hasil belajar model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi teorema phytagoras di kelas VIII SMP Negeri 1 Blangpidie, maka sampel yang diambil 2 kelas dari 4 kelas yaitu kelas VIII–1 dan kelas VIII–3. Kelas VIII–1 merupakan kelas yang akan diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sedangkan kelas VIII–3 merupakan kelas yang akan diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti mengajarkan materi teorema phytagoras dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adala:

1) Tes

Tes dilakukan dalam proses belajar yang akan diajarkan kooperatif tipe NHT dan kooperatif tipe Jigsaw. Dalam penelitian ini hanya sekali diadakan tes yaitu tes akhir (post-test). Untuk membentuk kelompok yang heterogen dan untuk skor awal/dasar dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dilihat dari nilai akhir pada semester yang lalu, rangking siswa, atau nilai kuis yang lalu. Tes dan lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan kepada siswa kedua kelas tersebut sama persis bentuk dan jumlahnya. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi teorema phytagoras, sedangkan lembar kerja siswa (LKS) untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran.

2) Dokumentasi

Arikunto mengatakan bahwa “Metode dokumentasi ialah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”.[19] Metode ini digunakan untuk menjaring data tentang struktur organisasi sekolah, sarana dan prasarana sekolah, nilai akhir semester siswa yang lalu, nilai kuis siswa yang lalu, dan lain-lain yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Setelah semua keseluruhan data terkumpulkan, tahap berikutnya adalah tahap analisis data. Tahap ini penting karena pada tahap inilah hasil penelitian dapat dirumuskan. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan statistika. Adapun statistika lainnya yang diperlukan sehubungan dengan pengujian uji-t adalah:

1. Mentabulasikan data ke dalam daftar distribusi frekuensi

Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama maka terlebih dahulu ditentukan:

§ Tentukan rentang, ialah data terbesar – data terkecil

§ Tentukan banyak kelas interval = 1 + (3,3) log n

§ Tentukan panjang kelas interval [20]

2. Menentukan nilai rata-rata (), varians (s2), varians gabungan

Untuk data yang telah disusun dalam daftar frekuensi, nilai rata-rata () dihitung dengan menggunakan rumus:

Dengan:

: skor rata-rata siswa

fi : frekuensi kelas inteval data

xi : nilai tengah. [21]

untuk mencari varians (s2) dapat di ukur dengan rumus:

Keterangan:

n : banyak data

s2 : varians. [22]

Untuk mencari varians gabungan (sgabungan2) dapat di ukur dengan rumus:

[23]

3. Uji normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Walaupun banyak sampel dalam suatu penelitian lebih dari 30 dianggap bahwa data telah berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sudjana menyatakan bahwa berdasarkan dalil limit pusat, ”jika sebuah populasi mempunyai rata-rata m dan simpangan baku s yang besarnya terhingga, maka untuk ukuran sampel acak n cukup besar, distribusi rata-rata sampel mendekati distribusi normal dengan rata-rata m = m dan simpangan baku s = s / ”.[24] Namun untuk lebih meyakinkan peneliti tetap ingin menguji normalitas data. Untuk menguji uji normalitas data digunakan statistika chi-kuadrat seperti dikemukakan Sudjana sebagai berikut:

, [25]

Keterangan :

= Statistik Chi-kuadarat

Oi = Frekuensi Pengamatan

Ei = Frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengujian tolak H­0 jika (1-a) (k-1) dengan a = taraf nyata untuk pengujian dan dk = (k-1). Dalam hal lainnya H0 diterima.

4. Uji homogenitas varians

Uji homogenitas varians berguna untuk mengatasi apakah penelitian ini berasal dari populasi yang sama atau bukan. Untuk menguji homogenitas varians digunakan statistik seperti yang telah dirumuskan Sudjana sebagai berikut:

[26]

5. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini uji-t dua pihak, dengan taraf signifikan a = 0,05. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

H0 : m1 = m2 : Hasil belajar siswa yang diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak berbeda dengan hasil belajar siswa yang diajarkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

H1 : m1 > m2 : Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan oleh Sudjana adalah:

[27]

Karena uji yang digunakan adalah uji dua pihak maka kriteria pengujian yang berlaku adalah terima H0 jika – t 1 - 1/2a <>1 – 1/2a dan tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1 – ½ a).



[1] Kusnandar, Usaha Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Dengan Mengefektifkan Metode Pemberian Tugas Pada Siswa, Skripsi. (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta,2009), hal. 3. http://etd.eprints.ums.ac.id/3346/1/A4410040068.pdf, diakses 24 Mei 2010

[2] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Imprementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), edisi pertama, cetakan ke-2, hal. 58

[3] Ibid.,

[4] Ibid. hal. 56

[5] Ibid. hal. 67

[6] Ibid. Hal. 82

[7] Ibid. Hal. 83

[8] Ibid. Hal. 73

[9] Doantara Yasa, “Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw,” tags: jigsaw, kelompok, kelompok asal, kelompok asli, kooperatif, (Online), (2008 Mei 15), http://id.wordpress.com, diakses 9 Februari 2010

[10] Sukino. Dkk. 2007. MATEMATIKA untuk SMP kelas VIII. (Jakarta: Erlangga, 2007)

[11] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,2007), Edisi ke-3, Cetak ke-4. Hal. 100

[12] Ibid. Hal. 391

[13] Ibid. Hal. 17

[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.(Bandung: Rineka Cipta, 2006),Edisi revisi VI. Cetakan ke-13. Hal. 65

[15] Ibid. hal. 71

[16] Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hal. 130

[17] Ibid. Hal. 130

[18] Ibid.,

[19] Ibid. Hal. 231

[20] Sudjana, Nana. Metoda Statistika.(Bandung: Tarsito,2005), cetak ulang ke-3 edisi ke-6. Hal. 47

[21] Ibid. Hal. 70

[22] Ibid. Hal. 94

[23] Ibid. Hal. 239

[24] Ibid. Hal. 182

[25] Ibid. Hal. 273

[26] Ibid. Hal. 250

[27] Ibid. Hal. 239